SULTRAWINN.COM, KENDARI – Di tengah peringatan Hari Lahir Pancasila yang seharusnya menjadi momen refleksi atas nilai-nilai dasar kehidupan berbangsa, Konsorsium Pemerhati Transportasi Indonesia (KPTI) Sulawesi Tenggara menyoroti ironi yang terjadi di Kota Kendari.
Ketua KPTI Sultra, Asis, menyampaikan kritik tajam terhadap operasional PT. Modern Cahaya Makmur (MCM) yang dinilai mencederai semangat keadilan sosial sebagaimana terkandung dalam Pancasila.
“Setiap tanggal 1 Juni, kita disuguhi seremoni dan retorika tentang nilai-nilai Pancasila. Tapi kenyataannya, di lapangan justru nilai-nilai itu diabaikan. Aktivitas hauling PT. MCM di tengah Kota Kendari adalah tamparan nyata di Hari Lahir Pancasila,” tegas Asis, Minggu (1/6/2025).
Menurut Asis, truk-truk milik PT. MCM setiap hari melintas di jalan umum dalam Kota Kendari, membawa hasil tambang menuju dermaga PT. TAS yang terletak di Kelurahan Tondonggeu, Kecamatan Nambo. Selain merusak infrastruktur jalan, aktivitas ini juga menimbulkan gangguan lingkungan, seperti debu dan material yang berjatuhan di sepanjang jalur yang dilalui.
“Ini bukan hanya soal pelanggaran lalu lintas atau ambang batas muatan. Ini soal nyawa, kenyamanan, dan hak warga kota atas lingkungan yang sehat dan aman. Pancasila terutama sila kelima tentang keadilan sosial telah diinjak-injak,” tambahnya.
Asis juga menyebut bahwa aktivitas hauling tersebut diduga tidak lagi sesuai dengan komitmen awal dispensasi yang diberikan. Ia menilai bahwa tidak adanya pengawasan yang ketat dari pemerintah membuat perusahaan leluasa beroperasi tanpa memperhatikan dampak sosial dan lingkungan.
“Kalau investasi hanya memberikan mudarat bagi masyarakat, negara seharusnya tidak tinggal diam. Pemerintah mesti hadir, bukan hanya sebagai regulator, tetapi sebagai pelindung rakyatnya,” ujarnya.
KPTI Sultra mendesak pemerintah daerah dan pusat untuk segera mengevaluasi izin dan dispensasi operasional PT. MCM. Mereka juga meminta agar aktivitas hauling melalui jalan umum di dalam Kota Kendari dihentikan sampai standar keselamatan dan kelayakan lingkungan terpenuhi.
“Negara tak boleh hanya menjadi penonton. Peringatan Hari Lahir Pancasila seharusnya menjadi pengingat bahwa rakyat adalah prioritas. Jangan jadikan Pancasila hanya tulisan di atas kertas,” tutup Asis.