SULTRAWINN.COM, KOLAKA – Melalui Program Transformasi Teknologi dan Inovasi (PTTI), tim dosen Universitas Halu Oleo menginisiasi penerapan sistem pertanian ramah lingkungan di Desa Wowoli, Kecamatan Toari, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Program ini mengintegrasikan budidaya tanaman kakao dengan peternakan kambing melalui pemanfaatan limbah pertanian dan peternakan.

Tim pelaksana dipimpin oleh Dr. Ir. Deki Zulkarnain, S.Pt., M.Sc., IPM, dengan anggota Prof. Dr. La Ode Santiaji Bande, S.P., M.P., Dr. Ir. Achmad Selamet Aku, S.Pt., M.Si., IPM., ASEAN Eng., serta drh. Yamin Yaddi, M.Si. Kegiatan ini didanai melalui PTTI oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
Program tersebut memanfaatkan feses kambing dan limbah eksokarp buah kakao yang selama ini kurang dimanfaatkan. Feses kambing difermentasi bersama kulit buah kakao untuk menghasilkan pupuk organik, sementara kulit buah kakao juga diolah sebagai bahan baku pakan ternak kambing.
Ketua tim pelaksana, Dr. Ir. Deki Zulkarnain, menjelaskan bahwa program ini bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat tani-ternak sekaligus memperkenalkan konsep pertanian dan peternakan terpadu yang ramah lingkungan. Menurutnya, inovasi ini diharapkan mampu menjadi solusi atas rendahnya produktivitas ternak serta ketergantungan petani terhadap pupuk kimia.
“Melalui pemanfaatan teknologi ini, kami tidak hanya membantu meningkatkan kesejahteraan petani dan peternak, tetapi juga mendorong sistem produksi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan,” ujar Deki.
Hasil pelaksanaan program menunjukkan dampak positif bagi peternak kambing. Mereka kini dapat memproduksi pakan ternak berbahan dasar kulit buah kakao dengan biaya lebih murah dan kualitas yang lebih baik. Hal ini membantu mengurangi ketergantungan pada pakan hijauan, terutama pada musim-musim tertentu ketika ketersediaannya terbatas. Selain itu, pengolahan feses kambing menjadi pupuk organik juga membuka peluang pendapatan tambahan serta membantu mengatasi persoalan limbah.
Manfaat serupa dirasakan oleh petani kakao. Dengan mengganti sebagian pupuk kimia menggunakan pupuk organik hasil program, biaya produksi dapat ditekan, sementara produktivitas tanaman kakao meningkat. Penggunaan pupuk organik juga dinilai membantu pengendalian hama dan penyakit tanaman secara lebih efektif.
Kasdi, Ketua Kelompok Peternak Kambing Desa Wowoli, mengatakan bahwa program ini memberikan solusi nyata bagi keterbatasan pakan ternak. “Dulu kami kesulitan mendapatkan pakan yang murah dan berkualitas. Sekarang, pakan berbahan kulit buah kakao menjadi solusi, terutama pada musim kemarau,” ujarnya.
Sementara itu, Sutarno, Ketua Kelompok Tani Kakao Desa Wowoli, menyebut pemanfaatan pupuk organik memberikan keuntungan ekonomi bagi petani. “Biaya produksi menurun, dan kulit buah kakao yang sebelumnya terbuang kini memiliki nilai ekonomi,” katanya.
Atas terlaksananya kegiatan tersebut, tim Universitas Halu Oleo menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi atas dukungan pendanaan yang diberikan. Deki Zulkarnain menyebut dukungan tersebut menjadi faktor penting keberhasilan program.
Ke depan, tim berharap model pertanian dan peternakan terpadu ini dapat diterapkan di desa-desa lain. Dengan sistem yang ramah lingkungan, diharapkan ketergantungan terhadap bahan kimia dapat berkurang, kesejahteraan petani dan peternak meningkat, serta kelestarian lingkungan tetap terjaga.
“Kami berharap program ini terus berkembang dan memberikan dampak yang lebih luas. Kolaborasi berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk menghadirkan inovasi-inovasi lain yang bermanfaat bagi masyarakat,” tutup Deki.












